Jaman dulu mempromosikan brand atau produk yang kita punya tanpa menggunakan artis atau selebriti tampak mustahil. Namun, sekarang konten kreator/influencer—seseorang dengan pengikut yang loyal di media sosial—justru menjadi prioritas utama bagi brand untuk mempromosikan produk mereka.
Bahkan faktanya 90% marketer yang menggunakan konten kreator / influencer di tahun 2022 mengalami keberhasilan. Untuk berhasil dalam influencer marketing, kalian harus membangun hubungan yang kuat, terbuka, dan saling menguntungkan dengan influencer.
Apabila sejak awal niche influencer yang diajak bekerja sama sudah tidak sesuai dengan produk kalian, maka kalian akan kesulitan mendapatkan empati dari audiens mereka. kunci dari influencer marketing adalah menemukan influencer media sosial yang sesuai dengan brand dan produk-produknya.
Melihat influencer hanya dari segi jumlah followers adalah salah satu kesalahan terbesar dari brand dalam melakukan influencer marketing campaign. Apabila audiens dari influencer yang kalian gaet tidak cocok dengan target audiens produk kalian, maka hasil campaign pun tidak akan maksimal.
Sebelum memulai campaign, brand harus mengetahui demografi dari objektif yang mereka butuhkan. Hal itu bisa kalian proyeksikan dengan menganalisa followers dari si influencer. Setelah itu, lihat kualitas konten dari si influencer, apakah konten promosi mereka terlihat natural, atau tidak. Brand juga bisa melihat track record konten dan perilaku si influencer dari berbagai sosial media yang berbeda. Dengan begitu, brand bisa menilai apakah influencer sudah cocok atau belum untuk mempromosikan produk-produknya.
Brand juga harus waspada mengenai kemungkinan fake followers dari si influencer. Hal tersebut sudah sejak lama menjadi masalah dalam praktik influencer marketing. Ketika sebagian besar pengikut dari influencer yang kalian ajak bekerja sama adalah fake followers, mungkin data hasil dari campaign yang berjalan bisa terlihat bagus, namun campaign tersebut jadi terkesan menghambur-hamburkan uang saja, karena kemungkinan konversi atau penjualan yang bisa didapat sangatlah kecil. Brand harus jeli terhadap hal ini sebelum memutuskan untuk memilih seorang influencer.
Baca juga: Cara Endorse Selebgram Beserta Contoh Kalimat yang Bisa Kamu Pakai
Bangun komunikasi yang baik dengan influencer. Apabila berkomunikasi lewat e-mail, kalian bisa membuat pesan yang sesekali mengutip dari karya-karya sang influencer. Hal ini akan terlihat sebagai gesture menghargai dan menunjukkan kalau brand percaya dengan kinerja influencer.
Menemukan influencer yang sesuai dengan niche bisnis kita memang tidak mudah dan butuh waktu lama. Relasi dengan influencer harus dibangun sedalam mungkin, kenali target audiens dari masing-masing influencer yang memiliki potensi. Brand harus memiliki alat analitik agar mampu mempetakan audiens dari influencer. Analitik yang bagus akan memberikan data demografis secara detail. Analitik juga bisa membantu brand atau pengiklan untuk memahami mana audiens yang menghasilkan konversi.
Slice merupakan influencer marketing platform yang telah dipercaya oleh lebih dari 100 brand dan agensi di Indonesia untuk menjalin hubungan kerja sama dengan influencer, terutama untuk marketing campaign. Fitur - fitur analitik yang komprehensif pada platform Slice, seperti rate card pintar (Media Kit by Slice), membuat platform ini begitu diandalkan brand untuk menemukan dan menjangkau influencer - influencer dengan target audiens yang selaras dengan bisnis kita.
Sebelum memulai kerja sama dengan influencer, perusahaan atau brand harus terlebih dahulu memahami siapa audiens dari sang influencer. Hal ini akan memberikan informasi tentang target audiens dan perilaku mereka. Pelajari juga profil sang influencer, untuk lebih mengenali interest dari audiens mereka.
Brand harus juga harus menganalisa rentang usia, jenis kelamin, lokasi, hingga minat dari audiens sang influencer. Hal itu nantinya bisa menjadi rujukan model konten yang paling cocok untuk dibuat. Data internal dari sang influencer juga diperlukan untuk melihat konten seperti apa yang mendapatkan banyak respons dan perhatian dari audiens.
Dengan semua riset yang telah di dapat, brand jadi mendapatkan gambaran tentang konten dan model produk yang sedang disukai audiens. Data - data tersebut bisa brand manfaatkan untuk membuat konten yang efektif dengan hasil yang maksimal.
Sebelum mengkontak influencer, brand harus paham siapa yang akan dikontak dan diajak berkomunikasi. Gunakan berbagai platform untuk menjangkau sang influencer. Misalnya gunakan Linkedin untuk mencari apakah brand dan influencer memiliki koneksi yang sama.
Saat berkomunikasi gunakan percakapan yang supel, santai, dan tidak kontroversial. Apabila brand mampu menunjukkan hal-hal positif bagi influencer maka kemungkinan besar brand akan mendapat tanggapan positif.
Untuk mencari influencer yang alami, kalian bisa mengawali untuk mencari di dua tempat. Pertama adalah di basis pelanggan yang sudah ada. Kemajuan media sosial kini mempermudah brand untuk melacak konsumen-konsumen yang menggunakan produknya. Bahkan tak jarang konsumen itu menjadi influencer tanpa mereka sadari. Mereka melakukan ulasan organik (konten UGC) yang bisa mengundang konsumen baru berdatangan. Masukkan pahlawan tanpa tanda jasa itu sebagai calon influencer potensial.
Lokasi kedua adalah di dalam komunitas bisnis. Komunitas tersebut adalah lingkungan alami untuk pengguna sebuah produk. Dari komunitas bisnis bisa ditemukan penulis, blogger, hingga konten kreator. Mereka juga bisa diproyeksikan menjadi influencer yang mendatangkan conversion.
Apabila brand ingin memberikan kesan positif pada influencer dan audiens-nya, maka brand harus bisa memberikan ruang kreatif selebar mungkin untuk influencer.
Kesalahan yang sering dilakukan brand dalam menjalankan influencer campaign adalah mereka terlalu ingin mengambil kendali terhadap konten yang akan dibuat. Selain membuat konten tampak tidak natural, hal ini juga bisa menimbulkan rasa keterpaksaan dari dalam diri influencer, sehingga mereka tidak akan bekerja sama dengan sepenuh hati. Lebih parah lagi hal tersebut akan memicu respons negatif dari audiens karena influencer yang mereka sukai tiba-tiba berubah menjadi orang lain.
Intinya, percaya dengan kreativitas influencer adalah salah satu langkah yang baik untuk mensukseskan influencer campaign.
Influcencer kerap menerima pesan atau e-mail dari berbagai perusahaan atau brand. Pesan standar layaknya orang berjualan dan berbisnis akan tenggelam di antara pesan-pesan lainnya.
Sebagai brand, Kalian harus mampu membuat pesan yang menonjol di antara pesan-pesan lainnya. Sebaiknya jangan mulai pesan kalian dengan kalimat basa - basi, seperti pujian - pujian tentang pencapaian mereka. Kalian harus bisa lebih jujur, jelaskan opini kalian tentang mereka, mengapa kalian mau bekerja sama dengan mereka, dan mengapa mereka cocok dengan proyek yang kalian tawarkan.
Brand harus bisa meyakinkan influencer jika kerja sama tersebut akan sama - sama menguntungkan bagi kedua belah pihak. Hal ini merupakan awal yang baik untuk kerja sama marketing. Dalam membangun relasi yang baik, brand bisa memberi gestur positif seperti mengirim produk di hari ulang tahun influencer. Bisa juga dengan membuat gestur ‘tidak sengaja’ bertemu di sebuah acara. Pertemuan itu bisa dimanfaatkan untuk menambah kedekatan dengan influencer, seperti dengan menanyakan kabar, ataupun membicarakan hal - hal yang sedang trending. Hindari terlalu banyak bicara tentang pekerjaan. Mereka bukan pekerja, mereka mitra bisnis.
Bentuk pesan dan komunikasi yang berbeda dari yang lain menunjukkan bahwa kalian sebagai brand sudah menganggap influencer sebagai sosok penting dalam berjalannya bisnis kalian. Dengan begitu, Influencer akan merasa lebih dihargai, dan tidak merasa dihubungi hanya untuk disuruh menjual produk saja, namun lebih ke sebuah hubungan pertemanan yang natural. Kemitraan seperti ini cenderung akan berjalan lancar dan efektif.
Pengambilan keputusan yang brand lakukan selama berkolaborasi dan cara brand mendekati influencer akan menentukan keberlangsungan kerja sama. Poin paling penting yang perlu kalian tahu adalah influencer bukanlah pekerja atau karyawan, mereka adalah mitra.
Influencer memiliki kebebasan untuk memilih brand mana yang mau mereka ajak untuk bekerja sama. Oleh karena itu, jika ingin bekerja sama dengan influencer, buatlah citra brand yang positif di mata influencer, dan jaga hubungan baik dengan mereka untuk kemitraan jangka panjang.